Breaking News
Fakta peristiwa aktual yang terjadi di wilayah Indonesia, seperti bencana alam, kecelakaan, atau keputusan politik penting.
BRIMO BRIMO BRIMO BRIMO

Empat Desa di Gunung Mas Siap Gelar Ritual Tiwah Masal Akhir Tahun Ini

BRIMO

Tiwah Masal di Empat Desa: Disbudpar Gunung Mas Tegaskan Komitmen Pelestarian Budaya Dayak

Inews Kuala Kurun- Upaya pelestarian budaya masyarakat Dayak kembali mendapat perhatian serius dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunung Mas. Menjelang akhir tahun 2025, pemerintah daerah melalui Bidang Kesenian resmi menetapkan pelaksanaan ritual Tiwah masal di empat desa sebagai agenda kebudayaan penting.

Langkah ini bukan sekadar kegiatan seremonial, tetapi juga menjadi bagian dari upaya menjaga warisan budaya, memperkuat spiritualitas masyarakat adat, serta mempererat kebersamaan di tengah perubahan zaman.

“Tiwah adalah warisan leluhur Dayak yang harus terus dilestarikan. Pemerintah hadir untuk memastikan pelaksanaannya berjalan lancar, tertib, dan sesuai adat,” ujar Kepala Bidang Kesenian Disbudpar Gunung Mas, Ahmadi, mewakili Kepala Disbudpar Hansli Gonak, di Kuala Kurun, Senin (13/10/2025).


Empat Desa Pelaksana Tiwah Masal

Pelaksanaan Tiwah masal tahun ini diawali oleh Desa Tumbang Jutuh, yang lebih dulu menggelar ritual pada awal September 2025. Tiga desa lainnya akan menyusul mengadakan ritual Tiwah pada bulan November mendatang, yakni:

  • Desa Rangan Tate di Kecamatan Mihing Raya,

  • Ulek Luang di Kelurahan Tehang, dan

  • Desa Tumbang Bahanei di Kecamatan Rungan Barat.

Pelaksanaan Tiwah di empat desa tersebut menjadi agenda besar yang melibatkan panitia adat, tokoh masyarakat, tokoh agama Kaharingan, pemerintah desa, dan jajaran Disbudpar.

Empat Desa di Gunung Mas Siap Gelar Ritual Tiwah Masal Akhir Tahun Ini
Empat Desa di Gunung Mas Siap Gelar Ritual Tiwah Masal Akhir Tahun Ini

Baca Juga : Serangan Balasan Afghanistan Guncang Perbatasan, Pakistan Tak Tinggal Diam


Ritual Sakral Penuh Makna

Tiwah merupakan ritual pemindahan tulang jenazah (pengantaran arwah) ke tempat peristirahatan terakhir dalam kepercayaan Kaharingan. Upacara ini dikenal sakral, sarat simbol dan nilai spiritual, serta menjadi bentuk penghormatan mendalam kepada leluhur.

Selain sebagai bentuk penghormatan, Tiwah juga memiliki fungsi mempererat hubungan antarwarga. Ritual ini melibatkan gotong royong, doa bersama, serta berbagai upacara adat yang dilakukan selama beberapa hari.

“Tiwah bukan hanya ritual kematian, tapi juga pesta adat yang mempertemukan masyarakat lintas generasi. Ini ruang perjumpaan sosial dan spiritual masyarakat Dayak,” ujar Ahmadi.


Pemerintah Beri Dukungan Dana dan Koordinasi Teknis

Untuk memastikan pelaksanaan Tiwah berjalan maksimal, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunung Mas menyalurkan bantuan hibah sebesar Rp81 juta. Dana ini difokuskan untuk mendukung Laluh Basir, yaitu sembilan Basir (tokoh adat) yang memimpin dan menjaga jalannya ritual di masing-masing desa.

Ahmadi menegaskan pentingnya koordinasi panitia pelaksana dengan pemerintah daerah, terutama terkait jadwal kegiatan, tata acara ritual, serta proses administratif.

“Informasi pelaksanaan Tiwah harus kami terima selambat-lambatnya satu minggu sebelum dimulai. Ini penting agar bantuan bisa disalurkan tepat waktu dan prosesnya tertib,” jelasnya.

Selain dukungan dana, Disbudpar juga memberikan pendampingan teknis serta membantu memastikan setiap prosesi sesuai tata adat Dayak Kaharingan.


Jaga Nilai Budaya dan Kebersamaan

Pelaksanaan Tiwah masal di empat desa ini diharapkan menjadi momentum penting untuk menguatkan identitas budaya masyarakat Dayak di Kabupaten Gunung Mas. Melalui acara ini, generasi muda diharapkan bisa lebih mengenal dan mencintai warisan leluhur mereka.

Ahmadi juga menekankan bahwa pelestarian budaya tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat adat itu sendiri. Kolaborasi menjadi kunci untuk menjaga tradisi tetap hidup di tengah arus modernisasi.

“Kami ingin pelaksanaan Tiwah tidak hanya berjalan baik dari sisi adat, tapi juga tertib dari sisi administrasi dan koordinasi. Tiwah adalah identitas yang harus kita rawat bersama,” tegas Ahmadi.


Warisan Leluhur yang Terus Hidup

Tiwah masal bukan sekadar perayaan budaya — ia adalah manifestasi nilai-nilai spiritual, gotong royong, dan penghormatan terhadap leluhur. Bagi masyarakat Dayak Kaharingan, ritual ini memiliki makna mendalam yang tak tergantikan oleh zaman.

Dengan dukungan pemerintah daerah dan partisipasi aktif masyarakat, Tiwah diharapkan terus lestari sebagai bagian dari identitas Bumi Habangkalan Penyang Karuhei Tatau — sebutan khas untuk tanah Gunung Mas.

“Pelestarian adat adalah bentuk penghormatan kita kepada sejarah. Jika tradisi hilang, maka hilang pula jati diri kita,” pungkas Ahmadi.

Klik Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *